"entahlah, aku tidak tahu."
selalu jawab itu yang keluar dari mulutmu, Angin! padahal, mestinya kamu tahu. atau paling tidak, kamu berusaha untuk tahu! lirih, Daun berkata dalam hatinya.
"kalau menurutmu bagaimana?"
yaa, lagi dan lagi. selalu saja kamu membalikkan pertanyaan padaku, Angin. Tak bisakah kau jawab sendiri karena aku yang memulai pertanyaan itu? pertanyaan yang harusnya kau jawab! Daun kembali berucap, hanya dalam hatinya saja.
"aku pun tidak tahu. yang aku tau hanya Tuhan itu baik."
"atas dasar apa kau menyebutnya baik?"
"salah satu kebaikannya karena Ia menghadiahkan kamu untukku, tanpa pernah aku minta."
"lalu, masih kau bertanya saat ini Tuhan sedang tersenyum atau menangis melihat kita?" ujar Angin sambil tersenyum, membuatku pun ikut tersenyum.
Dan aku percaya, kini Tuhan pun sedang tersenyum melihat kita. Bukan begitu, Angin? Kembali hatiku berucap lirih, kemudian memeluk lelaki hebat yang ada di hadapanku.
-------
Kita mempunyai Tuhan yang sama, meski dengan sebutan berbeda.
Kita menyembah Tuhan yang sama, meski dengan cara yang berbeda.
Kita mengenal Tuhan yang sama, meski dengan pemahaman yang berbeda.
Kita ini satu, meskipun berbeda.
Sama seperti kepala manusia yang tidak akan sama dengan kepala manusia lainnya. Gaya berbicara, cara berpikir, cara makan, cara minum, cara tidur, hobi, kesukaan, prestasi, gaya hidup, dan masih banyak lagi yang berbeda antara manusia satu dengan yang lainnya. Tapi mereka itu satu kesatuan, dinamakan manusia. Manusia itu satu, ciptaan Tuhan. Manusia ada banyak dan mereka berbeda, namun mereka satu. Perbedaan ada, dan kita memang tak bisa menutup mata. Perbedaan ada, bukan untuk mengalahkan yang satu dan memenangkan lainnya. Perbedaan ada untuk dihargai, bahkan ketika ada yang ingin menjadikannya sama tanpa paksaan. Atau ketika perbedaan itu kini tak menjadi persoalan.
Tuhan, aku mencintaimu. Aku juga mencintainya, salah satunya karena ia mencintaimu.
Terima kasih Tuhan untuk anugerah indahmu, lewat dia... :")
With love,
your special one..
-daun-