buku yang bagus, menarik, dan patut dibeli..
begitu pikir saya dalam hati waktu itu, tapi belum sempat dibeli, sudah selesai saya baca.. -__-
tapi sampai sekarang pun, masih saja ingin membeli buku itu..
entah kenapa..
ya, buku itu mungkin tidak akan terlalu menarik bagi sebagian orang.
hanya berisi kisah penulis "indi" dengan seseorang bernama "mika", kekasihnya dulu yang mengidap Aids, kemudian harus dipanggil Tuhan.
memang hanya tulisan-tulisan kecil, hampir seperti sebuah diary.
tapi makna juga apa yang saya dapat begitu besar.
Mika, lewat setiap katanya kepada Indi membuat saya hampir selalu menangis..
pasti jika saya membacanya dikamar sendirian, saya akan menangis sesenggukan..
Mika memperlakukan Indi dengan amat sangat sopan, terlihat dia begitu sayang..
Mika, dan juga Indi mengajarkan saya banyak hal lewat buku itu..
Indi menderita cacat tulang belakang dan harus selalu memakai penyangga, tapi Mika tidak menganggap Indi cacat, justru baginya Indi itu spresial. Mika selalu bilang sayang sama Indi, tanpa perlu bertanya balik pada Indi apa Indi sayang sama Mika. Indi bertanya mengapa Tuhan itu beda-beda, Mika bilang Tuhan itu satu, cuma orang-orang menyebutnya beda-beda, seperti Indi.. keluarga Indi memanggil Indi dengan Indi, Mika manggil Indi dengan sebutan Sugar, tapi Indi tetap satu, ya cuma Indi. Indi tidak diperbolehkan lari oleh dokter, tapi Mika mengajak Indi berlari dengan menggendongnya, dan Indi merasakan kaki Mika adalah kaki Indi, Indi senang berlari, ternyata lari itu enak. Indi tidak peduli Mika itu ODHA, bagi Indi, ia sayang sama Mika, tentu ODHA bukan berarti tidak pantas dicintai kan, dan tentu ODHA bukan berarti tidak pantas jika berpacaran dengan mereka.
Itu hanya sebagian apa yang bisa saya tulis disini, dalam buku "waktu aku sama mika" masih banyak yang diajarkan Mika pada saya. Namun satu yang paling saya ingat dan menjadi pegangan saya adalah waktu Mika menjawab pertanyaan Indi tentang Tuhan. Ya, sesimple itu ternyata. Andai manusia juga bisa seperti itu, andai manusia bisa sedikit berlapang dada bukan untuk melihatnya "beda", juga andai manusia juga bisa seperti Mika.. Namun manusia terlalu egois dengan diri mereka sendiri.. Ya, Tuhan itu memang satu, kita yang tak sama.. terima kasih Mika, saya jadi tau ternyata tidak hanya saya yang punya pikiran sama dengan anda. Tapi saya akui, anda pintar dengan contoh simple yang anda katakan pada Indi. Sama, di rumah saya bisa dipanggil anggun, menggun, anjun, ndun, dan teman-teman saya memanggil saya gogon, ada pula yang memanggil saya "ndut", "mbrot", tapi saya tetap satu. saya anggun via grasma! ^^
terima kasih Mika, sekali lagi terima kasih.
Kemarin tepat tanggal 1 Desember 2010, diperingati sebagai hari AIDS sedunia.
Saya ucapkan selamat kawan.. Indi benar, tentu kini tidak hanya Indi yang berpikir kamu itu pahlawan, bagi saya.. kamu juga pahlawan. CONGRATS mikaa!! :)
Kamis, 02 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar