Jumat, 23 Maret 2012

ayah dan gadis kecil berkepang dua

Diposting oleh anggun via grasma di 3/23/2012 09:15:00 PM
"Ayah, apa kau mencintaiku?", gadis berkepang dua itu bertanya sambil mendongakkan kepalanya. Sang ayah tersenyum, sambil berlutut dan mendekatkan wajahnya pada sang anak, ia menjawab "Tentu bidadari kecilku, adakah keraguan hingga kau bertanya seperti itu pada ayahmu?". "Ah, tidak" katanya melemparkan pandangannya ke bawah sambil jemarinya memainkan kepangan rambutnya. "Jangan berbohong, ayah tau ada banyak pertanyaan yang kau simpan. Ayah bisa melihat itu dari wajahmu. Ada apa nak?" katanya sembari meraih wajah penuh keraguan itu..
"Tidak ayah, aku tidak apa-apa. Aku hanya merasa ayah membohongiku." ujarnya dengan lugu.
"Bohong? Kapan ayah pernah berbohong padamu nak?"
"Ehm.. setiap hari, ketika pagi mulai menampakkan terangnya, ayah selalu masuk ke kamarku. Membangunkan aku dengan ciuman lembut dikeningku, dan ayah berkata padaku bahwa ayah mencintaiku. Tapi, kenapa ayah selalu mempersulitku?"
Sang ayah mengerutkan keningnya, tanda ia tak paham dengan maksud bidadarinya itu.
Kemudian sang gadis melanjutkan perkataannya "Ayah mencintaiku, tapi aku tak pernah merasakan kenyataan dari kata "mencintai" yang selalu ayah lontarkan padaku. Pernyataan itu terasa manis, hanya ketika diucapkan, tapi tidak ketika menjumpai realitasnya. Bukankah itu bohong?"
"Bisa kau jelaskan dengan lebih gamblang anakku, ayah masih tidak mengerti." tanya ayah dengan suara lembutnya..
"Seperti bulan lalu, aku hanya ingin boneka rabbit itu tapi ayah bilang aku harus rajin minum susu setiap pagi dan tidak meninggalkan sisa sedikit pun dalam gelasku, baru setelah itu ayah membelikannya, setelah aku tidak terlalu menginginkan boneka rabbit itu. Aku senang, tapi aku rasa, rasa senang ini akan berbeda ketika aku meminta dan ayah langsung memberikannya untukku."
"Atau contoh lainnya" ujarnya lagi menambahkan. "minggu lalu, aku bilang aku ingin dibelikan sepeda. tapi ayah bilang tunggu sebentar, ayah ingin melihat nilaiku semester ini. kalau aku tetap menjadi peringkat pertama di kelas, maka ayah akan membelikannya sebagai hadiah untukku."
"Dulu juga pernah, aku menginginkan es krim seperti yang Milka makan. Tapi ayah tidak membelikannya untukku, aku hanya meminta es krim ayah. Waktu itu ayah bilang tidak boleh karena aku baru sembuh dari sakit. Padahal aku sudah merasa sehat."
Kini sang ayah mengerti gundah gulana anaknya. Ia kemudian berdiri, dan menuju sebuah kursi kayu kegemarannya. "Kemarilah nak.." ujarnya sambil tersenyum ke arah bidadarinya tersebut..
"Ayah mencintaimu, dan kau tak perlu meragukan itu. Untuk segala hal yang kau bingungkan sekarang, suatu waktu kau akan mengerti. Justru karena ayah mencintaimu, maka ayah mempersulitmu."
"Bagaimana bisa ayah mencintaiku tapi malah mempersulitku?" tanya gadis kecil itu bingung.
"Begini nak. Jika ayah membiasakanmu mendapatkan segala hal yang kau inginkan dengan mudah, maka kau tidak akan tau bagaimana rasanya berjuang. Contoh yang sudah kau katakan tadi, untuk sebuah boneka rabbit kau harus rajin minum susu setiap pagi. Ayah akan melihat, apa kau akan berusaha memenuhi 'persyaratan' yang ayah ajukan demi boneka rabbit itu. Dan ternyata, kau melakukannya, kau menghabiskan susu yang ayah buatkan tanpa sisa setiap paginya. Artinya, waktu itu kau berjuang agar ayah membelikanmu, seperti janji ayah."
"Atau untuk sepeda yang kau inginkan, ayah bisa saja membelikanmu saat ini sepeda itu nak. Tapi, bagaimana ke depannya? Jika kau mendapatkan sepeda itu dengan mudah, kau pasti akan menyepelekannya bukan. Atau kemungkinan lainnya, seperti kau jadi malas belajar karena terlalu asyik dengan sepeda barumu. Tapi ayah berkata padamu, kau harus membuktikan bahwa kau bisa mempertahakan peringkat satu mu di kelas, maka sepeda itu jadi milikmu."
"Aku masih tidak mengerti maksud ayah" katanya semakin bingung.
Tersenyum, sambil mengusap rambut anaknya ayah melanjutkan perkataannya "Satu contoh lain yang sudah kau kemukakan tadi, kenapa ayah tidak membelikanmu es krim? Karena saat itu, kau baru saja sembuh dari sakitmu. Ayah tidak mau kau sakit lagi, kau tau betapa menderitanya ayah saat tengah malam kau mengigau dan suhu badanmu meningkat menjadi 39 derajat celcius? Ayah tidak ingin sesuatu yang buruk menimpamu. Ayah akan membelikanmu es krim sesukamu, bahkan lebih enak dari yang Milka punya, dengan taburan almond kesukaanmu, tapi setelah ayah yakin kau benar-benar sembuh."
"Ayah, akuu..." gadis itu tidak melanjutkan perkataannya karena sang ayah menempelkan jari telunjuk di mulutnya isyarat diam..
"Ayah sudah bilang tadi anakku, kau tidak perlu mengertinya sekarang. Saat kau beranjak dewasa, kau akan mengerti karena kau akan belajar. Kau akan tau kenapa ayah melakukannya untukmu. Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu, sekalipun semua terkadang tidak sesuai dengan inginmu. Ayah juga ingin kau belajar berusaha, dan tau apa itu proses. Segala sesuatu tidak bisa kau dapat dengan mudah. Kalau kau bisa mendapatkan segala sesuatunya dengan mudah, segala yang kau inginkan bisa kau dapatkan dengan mudah, kau akan menjadi pribadi manja yang tidak mengerti arti hidup. Kau juga mungkin akan menjadi pribadi yang tidak bisa menghargai karena kau mendapatkannya semudah membalikkan telapak tanganmu"
"Ayah mencintaimu, karena itu ayah melakukan ini. Tidak ada seorang Bapak yang tidak menyesah anaknya bukan? Aku mencintaimu, dan kau tak perlu meragukannya." katanya sambil memeluk erat bidadari kecilnya itu sebagai penutup perbincangan sore hari itu..

"Ayah, aku masih tidak mengerti maksudmu.." ujar gadis itu dalam hatinya.

------------------------------
"I just want that star, Father." :)

0 komentar:

Posting Komentar

 

after the rain Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos