aku cuma bisa terdiam, tak sanggup menahan air mata yang akhirnya jatuh di pipi. entah aku tak tau lagi apa yang bisa aku lakukan. bahkan aku pikirkan. otakku buntu, tidak bisa digunakan. butuh pelumas, untuk membuatnya tetap licin dan berjalan, juga terawat, bak motor.. terlintas ingin aku bunuh saja dia!
pagi ini aku dapati di sampingku ada seorang lelaki, lelaki yang tidak aku kenali, ia tertidur pulas, namun tatapan ini adalah tatapan benci. aku lihat ia tak memakai sehelai benang pun, sama sepertiku sekarang. entah aku tak ingat apa yang terjadi semalam, ia bukan suamiku! lalu dimana suamiku tercinta?
ak berjalan tertatih menuju kamar mandi sambil meraih selimut yang tergeletak di lantai. di depan cermin aku membuka selimutku, tatapanku sekarang nanar.. terpampang jelas di sana ada tubuh polos yang terluka, tak cukup raga tetapi juga jiwa. sialan! pekikku dalam hati, aku meronta. kemudian aku teringat lelaki itu, siapa dia???
aku kembali masuk ke kamar, aku sudah berniat akan menusuknya dengan kaca cermin yang sudah aku pecah tadi. tanganku kini bersimbah darah, darahku sendiri, darah yang sudah tidak suci lagi. aku mencari lelaki itu! aku harus bisa menghabisinya karena memisahkan aku dengan suamiku, kemudian aku teringat pada suamiku (lagi), dimana ia sekarang?
aku mendekat, dan semakin dekat pada ranjang penuh dosa itu. aku mulai naik ke atas ranjang, semakin mendekat, ingin mencengkeram lelaki bangsat itu, setidaknya harus menyiksanya terlebih dahulu agar ia tau sakit yang kurasa! namun belum sempat aku mengarahkan kaca ini padanya, ia terbangun, tersenyum, dan memelukku erat. kejadian berlalu begitu cepat, pecahan kaca itu bahkan terlepas dari tanganku, karena jujur aku merasakan perasaan yang teramat nyaman.. tenang aku dibuatnya.
kami berdua masih dalam keadaan telanjang! entah kenapa pula aku tak merasa risih, diam2 kebencian ini larut. berganti tatapan penuh kasih sayang, dan ia memintaku untuk melakukan lagi apa yang terjadi semalam, sekalipun aku sama sekali tak ingat. namun kemudian terlintas lagi di benakku, dimana suamiku?
kami bersiap memadu kasih lagi, sama seperti semalam yang lalu kata lelaki itu. kemudian kami bersiap, kami berpelukan, ia berada di atas, bisa kulihat dengan jelas bagaimana parasnya yang ternyata cukup tampan. aku tersenyum, tersenyum rela untuk memberikan harta berhargaku setelah pernah bersama suamiku. namun kembali terlintas, dimana suamiku sebenarnya???
dalam senyumku, aku pun melihatnya tersenyum, namun hatiku merasa aneh melihat senyumnya, bukan senyum biasa, coba kuingat senyum apa itu, tapi buntu! kemudian, semua kembali berlalu begitu cepat, ia mencium bibirku antara sayang dan nafsu, dan aku tidak bisa berpikir jernih, ini lelaki bangsat atau bajingan?! atau memang sebenarnya ia baik, sungguh sangat baik..
"aku mencintaimu, selamat tinggal." katanya setelah puas mengecup bibirku masih dengan senyum aneh itu. sejurus kemudian, aku sudah melihat ada pantulan sinar matahari dari tangannya. dari sudut mataku terlihat jelas, itu pecahan kaca yang aku pegang tadi, dan kini berada di tangannya untuk membunuhku! sakit sekali dada ini.. aku memegangnya, aku mengerang kesakitan.. ada darah, darah yang banyak, sangat banyak, hingga nafasku tersengal.. dan aku masih melihat senyum aneh itu sesaat sebelum aku menutup mataku..
aku terbangun, nafasku ngos-ngosan, tidak karuan, detak jantungku bahkan tidak bisa ku atur lagi.. takut, sangat takut. aku memutar otakku, mencoba mengingat apa yang baru saja aku alami, kemudian aku tersenyum, dan tertawa. bukan hanya tawa kecil, tapi tawa terbahak-bahak. kenapa aku harus terus bertanya tadi, apalagi tentang lelaki itu, hoaaaaaaah.. aku ingat, aku kan belum punya suami!! ternyata aku cuma mimpi. :)
Rabu, 01 September 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar