Do you believe about bad intuition/instinct? I do. I believe, God give us code through the uncomfortable feeling...
- @falla_adinda -
juga untuk hal yang satu ini, saya pun bertanya padanya "kenapa"?
saya bukan tipe orang yang percaya pada sebuah kebetulan, saya selalu yakin bahwa apapun yang boleh terjadi adalah sudah rencana dari yang Maha Kuasa..
bahkan untuk sebuah pikiran, segalanya tidak terjadi secara kebetulan.
ada yang menggerakkan untuk berlari ke arah sana, atau bahkan tanpa diminta "sesuatu" itu tiba-tiba datang dan menari di kepala anda. membuat anda jengah, dan muncullah pertanyaan "kenapa".
senin pagi.
saya punya kebiasaan untuk melakukan dialog dengan diri saya sendiri ketika saya sedang mengendarai kendaraan saya, dijalan, dan tentu sendirian. hmm, tepatnya monolog. saya sangat terbiasa, bahkan menjadi sebuah kesenangan ketika harus sendirian. ya, semua perlu disyukuri bukan? : )
aah.. tidak, saya tidak sedang membahas tentang rasa syukur.
tapi tentang hal, yang semua orang pasti bilang itu adalah "kebetulan".
saya tipe orang yang tidak percaya kebetulan. saya meyakini, tak ada kebetulan di dunia ini. yang ada adalah rancangannya, yang membuat orang terheran-heran, kemudian timbul bermacam pertanyaan di kepalanya, "kok bisa", dan yaa.. karena kadang sesuatu itu dianggap tidak lazim, tidak biyasa, atau tidak mungkin, tapi terjadi, orang kemudian menyebutnya kebetulan..
kembali lagi ke senin pagi, dimana saya berada di jalanan seorang diri. bak anggun topan anak jalanan..
membawa si hitam yang sok keren, mengendarainya dengan
banyak hal yang saya pikirkan, banyak hal yang saya lontarkan untuk satu jam perjalanan. cukup lama.
sampai kemudian, saat jarak sudah dekat dengan rumah tujuan, sesuatu yang seharusya tidak dipikirkan datang begitu saja, kemudian alam bawah sadar saya berkata pada diri saya sendiri "suatu saat kalau kamu butuh aku, kamu pasti datang. dan saat itu, aku ada."
selasa malam.
saya menuju perpustakaan untuk bercinta dengan skripsi saya. saya memang harus sesering mungkin membelainya, agar ia tidak merasa tidak diperhatikan. apalagi, kini ia menjadi yang penting di hidup saya. : )
pukul 17.00 saya baru berangkat, karena ada sahabat saya yang semalam tidur di tempat saya, dan sore harinya baru pulang. baiklah, masih ada waktu 2 jam karena perpustakaan tutup pukul 19.00..
pukul 18.30 sepertinya, handphone saya bergetar.. nama yang tidak asing muncul, tapi justru membuat saya bingung dan sedikit kaget. ya, hanya sedikit.. pesan yang dikirim meminta saya untuk main ke kontrakan barunya. sedikit malas, karena tak ada teman apalagi kini kami "berbeda", membuat saya (jujur) tidak semangat untuk mengiyakan undangannya berkunjung ke tempat tinggalnya..
singkat cerita, kami berbalas pesan.. sampai pada satu pesan yang terasa menonjok saya, membuat hati saya bergetir. pahit. dan kemudian, sedih. ya, rasanya sakit. sayang, hati saya tidak bisa mengeluarkan airmata.
"aku habis ditonjok orang, aku sedih", begitulah kira-kira bunyi pesannya..
siapa lagi pelakunya, jika bukan sang kekasih.. :'(
saya pastikan padanya, saya akan datang dan memintanya menunggu beberapa waktu..
kontrakan.
rumah putih. terlihat baru. luarnya terlihat berantakan, banyak sampah yang bececeran. tidak terurus.
saya sampai ragu, apa benar itu rumahnya. saat saya memanggil namanya, ada sahutan dari dalam.
oh, ternyata benar. wanita itu membuka pintu, dan tersenyum.
saya terdiam. perlahan saya ikut tersenyum, senyum yang menahan rasa "miris" saat melihatnya.
mata kanannya lebam, biru. mata kirinya, terdapat sebuah titik seperti bercak darah di dalamnya.
tangan kirinya, terdapat luka membentuk empat jari seperti cengkraman.
dan dia berkata "sudah biasa"...
saya pastikan dia baik-baik saja meskipun terlihat tidak!
dia berkata lirih "fisiknya tidak sakit, hatinya yang sakit."
tapi dia tetap bertahan. saya tak habi pikir. entah, antara salut dan kasihan. antara bangga, dan merasa dia bodoh. tak ada yang bisa saya katakan selain "namanya juga resiko, dari pilihan."
saya menyarankannya untuk mengajak sang kekasih bicara baik-baik agar tidak perlu menunggu dia masuk rumah sakit, atau bahkan hampir mati gara-gara kekerasan yang dilakukan kekasihnya.
ragu, dia berkata "susah. dia tidak bisa diajak bicara."
baiklah, lalu saya bisa apa?
jawabnya, tidak ada yang bisa saya lakukan disana..
tugas saya hanya mendengar, dan "ada untuk dia".. : )
rumah.
pertanyaan yang diawali kata "kenapa" itu muncul kembali.
ini sudah keempat kalinya Tuhan memberikan saya "tanda" untuk orang yang sama.
ya, untuk dia yang (masih) sahabat saya.
lewat mimpi, lewat pikiran yang menari-nari, Tuhan membuat saya mengingatnya.
dan setelahnya, tak lama kemudian pasti ada sesuatu yang terjadi dengan wanita itu.
saya merenung. saya bersyukur saya bukan anggun yang dulu, yang akan mengambil tindakan bodoh dan brutal. belajar dari pengalaman, saya lebih menjaga perilaku saya untuk tidak gegabah.
toh, itu bagian dari pilihannya. saya hanya bisa mengingatkan, memberi saran, memberi bantuan, semampu saya. kini saya menjadi anggun yang "lebih berhati-hati". karena, bagaimana pun kesalahan kekasihnya, wanita itu pasti akan tetap mencintai dan membela sang kekasih. dan, jika saya mencari gara-gara untuk sesuatu yang benar, baginya itu tetap salah. jadi, saya pilih diam.
saya pun bersyukur, dia masih mengingat saya meskipun hanya ketika dia terpuruk, hanya ketika dia sedih dan sakit, barulah datang kepada saya..
tak apa, benar-benar tak apa, karena mungkin sekarang itulah guna saya..
paling tidak, dia masih mengingat ada sahabatnya bernama anggun. right?
saya sudah pernah berjanji pada wanita itu, saya ada dan akan selalu ada semampu saya..
kini, ada yang bisa saya lakukan selain mendengar keluh kesahnya, yang bisa menjangkau segala hal,
mendoakannya.. :')