Entah bagaimana mulanya kita terhubung, aku tak pernah tau. Tiba-tiba saja ada id mu dalam YM!ku.. Tak perlu memutar otak untuk mengingat bagaimana pertama kali kau menyapaku, tapi cukup berat untuk mengingat bagaimana bisa ada kau "di sana". Aku tak pernah merasa menambahkanmu dalam daftar temanku di sana. Karena aku bukan orang yang akan menambah teman dengan sembarangan, jika tidak mengenalnya. Tapi sudahlah, aku tak terlalu mempedulikannya, hingga sampailah pada suatu malam saat itu. Aku ingat, kala itu aku sedang menatap layar di depanku sambil sesekali memperhatikan acara yang ada di televisi, duduk sendirian dalam kamar yang berantakan, dan kemudian kau datang. Menyapaku dengan sebuah "BUZZ".
Untung, hanya YM! ku yang bergetar, bukan hatiku.. :)
Aku kemudian membalasnya, singkat. Tak mempunyai pikiran bahwa kau adalah orang asing. Aku masih berpikir kau adalah temanku dan aku mengenalmu. Hingga balasan demi balasan mengarahkan pikiranku pada satu pertanyaan : "SIAPA KAMU?"
Aku tak menyangka bahwa kau adalah asing, karena aku tak merasakannya dari awal sapaanmu. Sungguh terasa bahwa aku dan kau saling mengenal. Terasa hangat dan nyaman aku bilang, seperti sudah sangat lama mengenalmu. Bagai seorang kawan lama.. Hingga aku terdiam saat kau menyebutkan namamu. Perlahan namun pasti, pikiranku melayang pada sosok imajinasi dalam duniaku. Ia yang bernama sama denganmu, kenapa bisa? Dengan gaya khas candaanku, aku malah mengejekmu kenapa bisa memiliki nama sebagus itu. hahaa! :))
Dan baiklah, obrolan itu berlanjut pada sesi-sesi selanjutnya meskipun tidak intens karena aku jarang mengaktifkan YM! ku. Dari sapaan pertamamu itu, aku jadi tau bahwa di facebook pun kita sudah berteman, dan kemudian kita saling follow di twitter. Sekalipun demikian, aku tak telalu ingin mengetahui siapa kamu. Yang jelas, kamu selalu ada di sela-sela kesibukanku sejak saat itu. Saat aku membutuhkan teman, kamu ada. Selalu saja kau bisa membuatku tertawa dan sejenak melupakan kepenatan. Aku berpikir kala itu, aku bisa menceritakan banyak hal denganmu tanpa harus merasa malu dan ada yang ditutupi karena pertemanan kita adalah "maya". Aku tak pernah menganggap serius sebuah hubungan pertemanan yang terjadi lewat dunia maya, tidak pernah penting bagiku. Jadi, aku tidak berpikir bahwa aku dan kamu akan berteman secara nyata (read : bertemu). Aku ingat, aku pernah mencarimu ketika kita sudah jarang berkomunikasi lewat YM!, kalau aku bilang kamu itu "candu". Saat itu yang aku tau hanya kamu adalah kamu. Dan lebih dari itu, bahwa kamu ternyata adalah teman saudaraku. Wow, sempit sekali dunia ini.. :))
Hingga di akhir Mei 2011, kau mengejutkanku lewat message facebook. Setelah sekian lama kita berteman di dunia "maya", kau meminta nomor handphoneku. "ting tong. gun.. nope mu berapa? njuk.", kemudian aku membalas : "njuk? tuku! mbayar lho yo.." sembari menuliskan dua nomor handphoneku. Entah karena dorongan apa aku mau memberikannya, dua sekaligus milikku. Dan beginilah balasannya beberapa saat kemudian : "hla durung tak bayar kok wes diwenehi ki pie? cen aneh og kwe ki.".
BAIKLAH.. SAYA ANEH --"
Kamu menyapaku lewat short message service (sms) seketika itu juga, dan seketika itu pula aku tau bahwa nomor tak dikenal itu adalah kamu. Aku dan kamu, jadi sering berkomunikasi. Dan kejutan lain yang kau buat adalah, kau minta untuk bertemu. Saat itu, aku masih ingat kau bilang kau ingin pertemanan ini nyata, dan bukan hanya maya. Sementara aku berpikir "untuk apa harus bertemu?" :)
Kejutanmu tidak berhenti sampai di situ, saat aku belum memastikan pertemuan kita karena aku malas, kau bilang hendak pergi. Rasanya, seperti hendak kehilangan sesuatu yang berharga. Ada penyesalan yang menyeruak karena tidak mengiyakan dengan segera permintaanmu untuk bertemu. Tapi sial, kau membohongiku! Ternyata kau hanya pergi sebentar untuk sebuah pendakian gunung. Dan kita berjanji, untuk bertemu setelah kepulanganmu itu...
Saatnya tiba, kau dan aku bertemu di gerbang depan kostku. Tak ada ide lain untuk tempat kita bertemu, karena aku bukan tipe orang yang terlalu suka "nongkrong". Lucu, karena ini pertama kalinya aku "kopi darat" dengan teman YM!. Orang asing, yang sama sekali tidak terasa "asing". :)
Saat itu, aku ingat kau mengenakan pakaian hitam. Tapi aku tidak terlalu cerdas untuk mengingat kapan. Yang jelas, saat itu pagi. Aku menuruni tangga dari kamar kostku di atas. Sambil berpikir dengan keras, apa yang harus aku lontarkan ketika bertemu denganmu. Dan yaaah sampai pada akhirnya, aku berjalan ke arahmu, dekat..dekat..dan semakin dekat. Aku hanya berusaha tetap cool, tersenyum (mungkin lebih tepatnya tertawa sembari nyengir aneh), dan garuk-garuk kepala. Bukan, ini bukan karena ketombe, tapi lebih karena aku tak tau bagaimana lagi harus menyambutmu yang duduk di atas motor kala itu. Beruntung, kamu tidak tau bahwa saat itu aku sedang salah tingkah... :|
Oke. Kita sudah bertemu, lalu apa lagi? Tentu, ada pertemuan selanjutnya, ada tawa-tawa selanjutnya. Hingga kemudian tawa itu berubah menjadi airmata, menjadi rasa kecewa, menjadi rasa sakit, menjadi sesuatu yang tidak karuan ketika mendapati kenyataan. Aku meyakinkan diriku sendiri. Aku tidak mau kenyamanan ini menerobos level selanjutnya. Tapi aku terlambat, hatiku sudah tertambat ternyata... Entah, apakah aku lebih dulu tertambat, ataukah kamu.
Tak apa, pikirku. Cukup hati saja yang tertambat. Tapi tidak dengan ragaku. Aku berpikir lebih real, bagaimana akan banyak pihak yang tersakiti jika aku tetap mengedepankan rasaku. Aku memilih menghindarimu, setiap permintaanmu, aku berusaha menolak. Jika aku mengiyakanpun, aku akan bergegas mengakhirinya. Aku menumpuk banyak sekali alasan agar tidak bertemu, meski saat itu hati terasa berat. Ada semacam rindu yang dengan sangat tidak sopan datang tanpa mengetuk pintu. Dan kamu, menjadi semacam pencuri, yang mencuri hati, juga seluruh pikiran. Aku merasa sesak...
Aku mengingatkanmu untuk tidak terlampau jauh, mencoba menahan, bahkan mengembalikanmu atau mengembalikan keadaan agar seperti semula. Aku, tak tau usahamu seperti apa. Tapi bagianku saat itu adalah memperbaiki semuanya, mencoba memberikan saran padamu agar kau bisa kembali dan berbenah. Hingga kamu menyatakan sesuatu yang membuat hatiku berbunga sekaligus lara. Aku terdiam. Berpikir sejenak, kemudian tersenyum dan berkata padamu bagaimana rasa itu ada dan sama, diluar hal yang mebelenggu aku dan kau... (meski tidak dengan gamblang aku nyatakan)
Kau cukup pintar untuk mengerti. Aku melihat, kau paham dengan maksud yang kuutarakan. Kau tersenyum, aku masih ingat malam itu kau sedang belajar untuk merelakan. Aku meyakinkanmu bahwa aku dan kamu tetap akan berteman, hanya saja harus bisa sama-sama menahan setiap rasa kita yang sama. Dan aku lupa, bahwa itu tidak mungkin. Itu tidak bisa dan tidak baik.. Ah, itu salahku. Aku hanya tak mau kehilanganmu, jahat memang. Tapi, aku hanya cukup kamu untuk menjadi temanku karena memang hanya itu yang bisa. Aku kemudian menyalahkan rasa yang ada, kenapa harus ada hingga akhirnya mempersulit sebuah hubungan. Kemudian kau mengingatkanku dengan sebuah perumpamaan tentang "merokok".
Kau dan aku saling tarik ulur. Saat aku hendak melepaskanmu, kau mempertahankanku. Saat aku hendak mempertahankanmu, kau bilang tak bisa karena akan menyakitimu. Kau memilih untuk tidak mengenalku saja, jika tidak bisa memilikiku. Itu yang aku tangkap, kala itu..
Hingga semua berlanjut sampai sekarang. Detik ini. Tetap dengan rasa yang sama, dan beberapa hal yang (dibuat) berbeda. Ada banyak perubahan. Ada yang diakhiri, dan ada yang dimulai. Hidup kemudian terus berjalan, apalagi kita kemudian terpisah oleh jarak. Berat bagiku, karena harus menahan rindu yang menggebu. Berat bagiku, karena harus membiasakan tidak melihat senyummu. Berat bagiku, karena harus menunggu..
Namun sekarang aku tau, ada obat untuk semua itu, cukup dengan memejamkan mataku, membayangkan kamu ada di dekatku. Dan aku, bisa tersenyum sendiri..
Menuliskan kisah ini saja, sanggup membuatku tersenyum kecil. Kurasa inilah bahagia.. :)
Mengingatmu, adalah caraku untuk tetap tersenyum di tengah sesak yang dinamakan rindu..
Hidup ini penuh misteri. Kita tidak pernah tau akan seperti apa kita beberapa waktu kemudian. Akan bertemu siapa, akan menjadi apa, akan hidup dimana dan bagaimana. Bahkan aku tidak menyangka, harus bertemu atau dipertemukan denganmu.
Sutradara Agung itu selalu punya kejutan kecil untuk mewarnai hidup kita.
Sampai seringkali aku geleng-geleng kepala, dan tersenyum dibuatnya..
Pertemuanku denganmu, bukan sebuah kebetulan..
Dia pasti punya rencana, aku hanya bisa percaya bahwa rencanaNYA indah untuk kita.
I love you so much, "TA".. :))
4 komentar:
tetaplah berpikiran baik ya :)
sip. positive thinking is a must :)
biar makin postif, mampir ke blogku di http://edittag.blogspot.com
thx yaaa
okesip :))
Posting Komentar