Yogyakarta, 26 Juni 2012
Selamat malam, Otan. :)
Dua hari yang lalu, pada jam yang sama kita masih bisa bergandengan
tangan keluar dari sebuah gedung bioskop. Menyusuri Jogja malam hari,
yang tak biasa aku lakukan saat kamu tak ada di sisi. Sembari menunggu
waktu untuk bertemu dengan temanmu, kita memilih sebuah restoran cepat
saji memesan beberapa makanan sebagai makan malammu yang terlambat.
Pantas, perutmu sebesar itu. Kini aku tau sebabnya. :)
Tak berselang lama, kita beranjak dari tempat itu menuju cafe dimana
kamu sudah berjanji dengan kawan lamamu, tentu setelah kamu menghabiskan
makanan dengan nasi yang tidak tersentuh. Bertemu dengan temanmu yang
lucu, hingga tak terasa pagi sudah datang menjemput. Masih dengan setia
aku menemanimu untuk melunasi rindumu pada temanmu. Sayangnya, kamu
tidak bisa berjumpa dengan kawanmu lainnya.
Masih teringat jelas dalam memoriku apa yang terjadi sepulang kita dari
cafe tersebut. Ya, aku masih bisa memelukmu. Aku bisa melihat tawamu,
aku bisa mengusap lembut pipimu, aku bisa menciumi ketiakmu, aku bisa
melingkarkan tanganku pada perut gendutmu, aku bisa memandangimu
sesukaku, aku bisa menggodamu, aku bisa menciummu, aku bisa mendengarkan
dengkuranmu, aku bisa melakukan semuanya bersamamu karena jarak yang
memisahkan kita tak lebih panjang dari lenganmu. Namun sayang, waktu
berjalan begitu cepat ketika aku bersamamu, entah kenapa. Rasanya
seperti membutuhkan waktu lebih banyak, mungkin sama denganmu saat
menghadapi pekerjaan. Rasa-rasanya jadi membutuhkan 36 jam dalam sehari.
Aaahh, lagi-lagi aku mengeluh. Lagi-lagi aku tak bersyukur atas karunia Tuhan masih bisa bertemu dengamu.
"bukan mengeluh karena sebentar bertemu, tapi bersyukur karena masih bisa bertemu meskipun sebentar".
Ini sudah kepulanganmu yang ketiga semenjak 290 hari kita dipisah jarak.
Itu menjadi salah satu yang membuatku bertahan hingga sekarang,
kepulanganmu. Menunggumu kini menjadi hobi baruku. Ada perasaan senang
bercampur sedih saat mendengar kau akan pulang. Senang, karena kita bisa
bersama. Sedih, karena setelah itu jarak memisahkan (lagi). Tapi justru
lewat jarak, aku semakin dikuatkan. Jarak ternyata tak seburuk yang aku
kira, semoga kamu pun begitu. Dari awal aku tau, mendoakan adalah cara
terbaik merengkuhmu. Selalu saja itu berhasil membuatku nyaman dan
tenang akan dirimu yang jauh di sana.
Kini, aku semakin mencintai pagi. Aku juga mencintai malam, karena
artinya akan semakin dekat saja aku akan bertemu denganmu (lagi),
sayang.
Tetap sebenarnya aku tak bisa membohongi diriku. Sungguh, aku ingin kamu
selamanya disisiku. Aku mau kamu di sini, aku mau kamu dekat. Aku mau
kamu.
Sama seperti malam ini dimana aku merindukanmu lagi dan lagi. Dimana aku
merindukan malam kita yang baru dua hari lalu kita lewati bersama.
Malam semakin larut, kali ini aku harus cepat memejamkan mataku meski
segelas kopi yang aku teguk saat makan malamku mencegahku. Aku harus
cepat memejamkan mataku demi menjumpai pagi, demi pertemuanku
selanjutnya denganmu.
Aku yang selalu merindukanmu, juga menyayangimu.
-kimi-
0 komentar:
Posting Komentar