Senin, 15 Oktober 2012

bahagia itu sederhana : )

Diposting oleh anggun via grasma di 10/15/2012 05:41:00 PM
Selalu ada rasa bahagia ketika bisa berguna bagi orang lain.
Ada kelegaan, ada kegembiraan, perasan yang meluap-lupa.
Hanya tiga yang mampu membuatku senyum-senyum sendiri.
Membantu orang lain, segala hal yang berhubungan dengan keluarga,
dan kamu. Eaaak.. *mimisan*

Suatu ketika saat sedang hang out (biyar keliatan gaul) bersama Titin di Hungry Bear Sagan. Di luar cafe yang memiliki jendela transparan tersebut berdiri seorang ibu-ibu yang lebih mirip mbah-mbah tua melihat ke dalam cafe yang hanya berisi empat orang, saya, titin, dan dua lainnya adalah karyawan cafe nya. Dengan tatapan penuh harapnya, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam keranjangnya. Terlihat kue yang sudah dibungkus plastik. Sebenarnya tidak terlalu tertarik pada kue tersebut, apalagi perut saya sudah kenyang dengan segelas teh tarik dan satu porsi pisang keju. Saya keluar, bertanya pada ibu tersebut berapa harga satu bungkus kue tersebut. Dua ribu kalau tidak salah waktu itu, saya ambil saja satu plastik dan saya beri dia uang lima ribu. Masuk kembali ke cafe, menawarkan ke tersebut pada Titin tapi ia tidak mau. Ya sudah, nanti buat bapak kost Titin atau teman kost Titin saja karena saya mau tidur kost Titin. Kemudian Titin nyeletuk : "Itu ibu-ibunya sering kok kayak gitu nggun, dia juga sering ada di Gejayan jualan itu kalau gak mintak-mintak". Ah sudah biarlah, pikir saya toh niat saya hanya membantu dan tidak peduli dengan modus si ibu..  Dan kerennya pada waktu pulang dari cafe tersebut ban saya bocor dan terpaksa harus ganti. 50ribu melayang, dan uang menjadi lebih pas-pasan, tapi bukan berarti kurang. IA selalu cukupkan :')

Juga pernah suatu waktu saat meminta Ovik mengantar saya ke stasiun Maguwo, saya mampir ke Mendem Duren untuk membeli es. Saya beli satu untuk camilan di kereta, dan satu lagi saya titip Ovik untuk diberikan ke Sita ponakan saya. Kalau tidak salah saat itu uang saya tinggal 50ribu kalau tidak salah, dan itu sudah akhir minggu makanya saya mau pulang ke Klaten. Pada saat menunggu es tersebut jadi, seorang ibu dan anak kecil mendekat ke arah saya. Ia meminta uang untuk naik bis, ia dan anaknya mau pulang ke Klaten. Wah, sama dengan tujuan saya. Rasanya ingin mengajak mereka saja bareng, namun saya ingat uang saya. 23 untuk membayar es duren, 10ribu untuk tiket prameks, dan hanya tersisa 17ribu saja. Saya tanya ibu itu bilang hanya butuh uang 10ribu dan bercerita anaknya belum makan, baiklah saya berikan uang dan tersisa dua ribu di kantong. Dalam hati miris sebenarnya karena tidak bisa memberi lebih, tapi semoga cukup ya bu. Si ibu itu bahkan sampai memberikan KTP untuk saya takut kalau saya tidak percaya, saya bilang tidak usah. Saya niatnya cuma bantu ibu saja, jadi saya gak perlu bukti apapun. Sesaat setelah ibu itu pergi, Ovik bilang : "Kalau ibu itu bohong gimana?". Saya tersenyum, biarlah kalau pun ia berbohong urusannya sama Tuhan, kalau saya tugasnya cuma jadi perantara buat memberikan senyum pada ibu itu dan anaknya. :')

Lain lagi kejadian saat saya bersama mama mengantar kakak saya beserta dua ponakan yang bandelnya minta ampun pulang ke rumahnya di Pedan. Pada saat saya melaju, ada anak kecil naik sepeda onthel tua yang ada boncengannya di belakang. Di belakang dia membawa seng (besi) entah mungkin untuk penutup atap. Saya melihat dia begitu kesulitan, karena seng itu lebih besar dari badannya. Pada saat saya hendak menyalip, justru seng tersebut jatuh. Kaget, saya langsung menginjak rem. Hendak keluar dari mobil untuk membantunya, mama mencegah karena sudah banyak yang melakukan. Oke, saya urungkan dan melaju bergeser ke jalan bagian kanan lagi. Namun, hati rasanya ganjel banget. Saya turunkan kecepatan. Saya akhirnya menepi dan bilang pada yang lain untuk menunggu saya sebentar. Keluar dari  mobil menunggu anak kecil tadi, dan menyerahkan selembar dua puluh ribuan untuknya. Padahal sama ponakan saya saja tadi saya iseng-iseng kasih mereka cuma lima ribu buat uang jajan sekolah. hahahahaa.. Pikir saya, toh kalau sama ponakan saya bisa kasih dia sewaktu-waktu, sementara anak kecil itu entah kapan lagi kami akan bertemu. Saat menghampiri anak kecil tadi, dia agak terlihat takut. Mungkin takut saya menyalahkannya karena berhenti mendadak di depan mobil saya tadi dan menghalangi jalan. Tapi kemudian saya lihat dia tersenyum seraya berkata "makasih ya mbak". huaaa... rasanya kayak apa ya, bahagia tak terkira. Padahal asal tau saja, di dompet saya sudah tidak ada uang tersisa. Hahahahaaa XD



~ ~ ~ ~ ~

Saya membaginya untuk anda, bukan untuk memperlihatkan siapa saya. Karena blog ini adalah blog pribadi saya, bahkan saya tak butuh anda membacanya. Saya membaginya agar anda dapat turut berpartisipasi mengukir senyum untuk yang lainnya jika anda menemukan tulisan ini dan membacanya. Entah karena lingkungan atau karena darah yang mengalir di tubuh saya, darah ibu saya. Ia yang sangat berjiwa sosial, tak peduli dia berkelimpahan atau bahkan kurang, tapi dia selalu berupaya bisa membantu yang lainnya. Saya justru melihat hal itu setelah saya mengetahui beliau adalah ibu saya. Akhirnya saya tau jawabnya, kenapa saya juga memiliki rasa sosial yang tinggi sama seperti beliau, sedari dulu, jauh sebelum saya tau beliau adalah ibu saya. Maka dari itu saya selalu merasakan bahagia tak terhingga ketika bisa membantu yang lainnya, berguna bagi orang lain. Jangan pernah menunggu menjadi kaya, punya sesutau yang berlimpah baru mau membantu orang. Dengan bagaimana pun dan apapun keadaan anda, anda bisa membantu orang lain dengan cara yang berbeda-beda. Karena membantu orang lain tak akan pernah membuat anda merasa kurang, tapi justru berlimpah. :')
Itulah kenapa saya senang membantu orang. Itulah juga kenapa saya bangga pada ibu saya. :''')




Lagi, saya pernah tulis ini di twitter dan tulisan-tulisan saya sebelumnya :
"memberi di saat berkelimpahan itu sudah biasa,
tetapi memberi di saat kita kekurangan
atau pas-pasan itu baru luar biasa"

SELAMAT BERGUNA BAGI ORANG LAIN!
SELAMAT MENGUKIR SENYUM YANG LAIN : )


0 komentar:

Posting Komentar

 

after the rain Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos